Minggu, 11 Mei 2008

Belajar Tentang Pengampunan

BELAJAR UNTUK MENGAMPUNI

Kisah Yusuf yang dibuang ke dalam sumur kemudian di jual oleh saudara-saudaranya tentu menjadi kisah yang sering kita dengar. Kisah Yusuf ini mengajarkan banyak hal kepada kita salah satunya tentang mengampuni.

Mengapa Yusuf diperlakukan sedemikian oleh saudaranya?

Dalam Kejadian 37:1-11 di catat tentang kenapa Yusuf sangat dibenci oleh sauda-saudaranya. Kecemburuan dan iri hati karena perlakukan istimewa yang diterima Yusuf dari Yakub ayah mereka membuat mereka benci kepada Yusuf. Apalagi setelah Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya yang isinya digambarkan bahwa orang tua dan semua saudaranya menyembah dia, semakin bencilah saudara-saudaranya itu.
Maka ketika saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan kambing domba melihat Yusuf menyusul mereka, rencana jahatpun kemudian dibuat. Kemudian Yusuf dibuang ke sumur kosong dan ketika ada musafir saudagar-saudagar Midian melewati daerah itu mereka menjual Yusuf dan oleh saudagar Midian itu Yusuf dijual ke Mesir kepada Potifar (ay. 12-36).

Apa sikap Yusuf atas perbuatan saudara-saudaranya itu?

Beberapa tahun setelah kejadian yang menyakitkan itu terjadilah kelaparan hebat di seluruh tanah Mesir. Ayah dan saudara-saudara Yusuf pun mengalaminya. Sedangkan Yusuf karena pertolongan Tuhan sudah menjadi wakil raja Firaun di Mesir. Di Mesir lah masih tersedia persediaan makanan karena hikmat dari Yusuf. Oleh karena itu banyak orang pergi ke Mesir untuk mencari bahan makanan termasuk saudara-saudara Yusuf. Ketika di Mesir mereka bertemu dengan Yusuf (Kejadian pasal 42, 43).
Dalam Kejadian pasal 45:1-22 mencatat Yusuf kembali bertemu dengan saudara-saudaranya. Ini pertemuan ke tiga mereka. Pada saat itu depan Yusuf ada orang-orang yang dahulu telah merencanakan dan melakukan perbuatan jahat kepada dirinya. Apa yang dirasakan Yusuf? Kenangan peristiwa beberapa tahun yang lalu kini kembali muncul dalam hatinya. Kenangan pahit, memilukan dan menakutkan yang pernah dialami kembali muncul. Dan itu mungkin sudah dia rasakan sejak pertemuan dengan saudaranya yang pertama. Suatu pengalaman yang menyakitkan hati memang sulit untuk dilupakan dan dihilangkan apalagi dilakukan oleh orang-orang terdekat kita.
Apa yang dilakukan Yusuf kepada saudara-saudaranya? apakah kemudian ia menolak memberikan bahan makanan atau menangkap dan memenjarakan mereka dengan kuasa yang dimiliki? Bisa saja kalau Yusuf mau. Apakah Yusuf marah dan menyalahkan perbuatan yang pernah dilakukan saudara-saudaranya? Bisa saja karena Yusuf punya alasan yang kuat. Tapi ternyata itu tidak dilakukannya. Yusuf tidak membalaskan kejahatan dengan kejahatan, kebencian dengan kebencian tetapi Yusuf justru menunjukan kasih yang begitu besar kepada saudara-saudaranya. Yusuf memeluk, mencium dan mengajak saudaranya makan satu meja dengan dirinya, Yusuf juga mencukupkan semua kebutuhan makanan mereka dan keturanan mereka, Yusuf memberikan satu daerah yang baik untuk saudara-saudaranya tinggal. Yusuf juga tidak menyalahkan saudara-saudaranya tetapi Yusuf melihat bahwa segala sesuatu yang telah terjadi di dalam kehidupannya terkusus penderitaan adalah kehendak dan rencana Tuhan. Melalui suatu proses pergumulan yang berat, pergolakan dalam hati dan tangisan, Yusuf mengampuni saudara-saudaranya. Yusuf kembali berdamai dengan saudara-saudaranya.

Hal apa yang bisa dipelajari?

Dari kisah Yusuf ini kita bisa belajar tentang mengampuni. Mengampuni tidaklah mudah. Tidak semudah membalikan telapak tangan. Mudah sekali mengucapkan tapi sulit sekali melakukannya. Mungkin kita pernah diperlakukan tidak baik, disakiti oleh orang terdekat kita - teman atau bahkan oleh orang tua dan saudara-saudara kita. Seringkali sikap kita adalah marah, benci dan berusaha membalas apa yang telah mereka perbuat. Sulit sekali mengampuni. Ataupun terkadang kita merasa sudah mengampuni tapi sakit hati, dendam muncul kembali saat peristiwa itu terlintas dalam pikiran kita. Apa yang harus dilakukan? Kita harus berdoa kepada Allah sumber kasih itu, supaya kita diberikan anugerah memiliki hati yang lapang untuk mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain. Mengampuni dengan tulus, tanpa syarat seperti Tuhan Yesus telah mengampuni kesalahan kita. Berdoa kepada Allah agar kita diberi hikmat untuk melihat rencana dan kehendakNya yang indah melalui setiap kondisi yang terjadi dalam kehidupan kita.

Tidak ada komentar: