Rabu, 14 Mei 2008

Mengenal Tempramen

Terminologi
Temperamen adalah kombinasi pembawaan yang kita warisi dari orang tua kita. Pembawaan ini diwariskan melalui gen. Secara sadar ataupun seringkali tidak sadar, temperamen mempengaruhi seluruh aspek tindakan kita. Temperamen yang telah "dibudayakan" melalui pembentukan lingkungan disebut sebagai karakter. Sedangkan kepribadian adalah "sosok" yang kita tampilkan dalam relasi dengan orang lain. Bisa jadi, kepribadian sebagai "sosok" yang kita tampilkan berbeda dengan karakter kita yang sesungguhnya. Hal ini bergantung pada kejujuran kita dalam menampilkan diri.
Dengan mengerti secara sekilas perbedaan antara temperamen, karakter dan kepribadian, kita mendapati bahwa temperamen adalah "bahan dasar" yang membentuk karakter dan pada akhirnya kepribadian kita.

Teori Empat Temperamen
Teori yang sekarang mungkin paling terkenal berkenaan dengan temperamen adalah teori empat temperamen. Teori empat temperamen pertama kali dikemukakan oleh Hipokrates (460-370 SM). Hipokrates mengemukakan bahwa pada dasarnya, manusia terbagi atas empat golongan temperamen : Sanguin, Koleris, Melankolis, dan Flegmatis. Temperamen yang dimiliki oleh seseorang, menurut Hipokrates bergantung pada "cairan" yang ada di dalam tubuhnya: darah, empedu hitam, empedu kuning, dan flegma.
Dalam perkembangannya, pemikiran Hipokrates pertama kali dimunculkan di Eropa oleh seorang filsuf tenar bernama Immanuel Kant, pada tahun 1798. Paska Immanuel Kant, teori empat kepribadian digemakan oleh Dr. W. Wundt, yang mengadakan penelitian seksama tentang hal ini pada tahun 1879. Teori yang sama diadopsi oleh seorang teolog besar Inggris, yaitu Alexander Whyte, untuk menganalisa tokoh-tokoh yang ada di dalam Alkitab. Pemikiran Hipokrates ini kembali dimunculkan pada abad ke-20 oleh tokoh-tokoh seperti : Tim Lahaye dan Florence Littauer, dan mengalami "booming", yang mungkin sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Hipokrates.

Mengenal Empat Temperamen ?
Berikut ini akan dipaparkan karakteristik - positif maupun negatif - dari masing-masing temperamen. Daftar ini disusun berdasarkan analisa La Haye dan Littenauer.

SANGUIN
v Beberapa karakteristik positif dari temperamen sanguin adalah : ramah, optimis, impulsif, bersahabat, menyenangkan, mudah terharu, rasa humor yang baik, periang, tulus, ekspresif, penuh rasa ingin tahu dan baik dipanggung.
v Sementara karakteristik negatifnya adalah : egois, sulit berkonsentrasi, resah, tidak disiplin, mudah patah semangat, emosional, polos, dan labil.
KHOLERIK
v Karakteristik positif dari temperamen koleris adalah : berbabakat pemimpin, dinamis, berkemauan kuat, memancarkan keyakinan, visioner, tegas, disiplin.
v Sisi negatifnya adalah : cepat "panas", dingin (tidak sensitif), sarkastis, tidak simpatik.
MELANKOLIK
v Karakteristik positif dari temperamen melankolis adalah : analitis, tekun, artistik, sensitif, idealis, dan teratur.
v Sedangkan sisi negatifnya adalah : perfeksionis, pesimistis, berprasangka, menyimpan kebencian, dan labil.
FLEGMATIS
v Karakteristik positif dari temperamen flegmatis adalah : rendah hati, mudah bergaul, tenang, konsisten, cinta damai dan efisien.
v Sementara, karakteristik negatifnya adalah : lamban, pesimistis, keras kepala, kurang motivasi, dan cenderung kurang ekspresif.

Empat jenis temperamen tersebut adalah temperamen dasar yang mempengaruhi seseorang. Pada kenyataannya, tidak ada seorang pun mungkin yang hanya mempunyai satu jenis temperamen. Setidaknya, setiap orang adalah perpaduan yang unik antara 2 atau bahkan mungkin tiga jenis temperamen. La Haye mendaftarkan setidaknya ada dua belas perpaduan temperamen, yaitu : San-Kol, San-Mel, San-Fleg, Kol-San, Kol-Mel, Kol-Fleg, Mel-San, Mel-Kol, Mel-Fleg, Fleg-San, Fleg-Kol, dan Fleg-Mel.
Perpaduan antara beberapa jenis temperamen ini tentunya mempunyai implikasi yang nyata pada daftar kekuatan ataupun kelemahan seseorang. Satu hal yang mendasar yang menjadi jelas bagi kita adalah: bahwa tiap-tiap manusia adalah pribadi yang unik dan tidak ada duanya.

Diubahkan oleh Kuasa Tuhan
Apabila kita menggunakan teori empat temperamen untuk menganalisa tokoh-tokoh dalam Alkitab, maka kita mendapati satu kenyataan yang menarik. Kita akan mendapati Petrus si sanguin, Paulus si koleris, Musa si melankolis dan Abraham si flegmatis, adalah orang-orang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Tuhan telah memakai mereka dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang mereka miliki.
Bagaimana Tuhan bisa memakai mereka menjadi alat untuk kemuliaan-Nya? Tuhan tidak mengubah temperamen mereka. Tuhan tidak menjadikan mereka menjadi "orang lain". Yang Tuhan lakukan adalah mentransformasi temperamen tersebut. Transformasi temperamen diberikan Tuhan dengan kepenuhan kehadiran Roh-Nya yang kudus. Petrus adalah tetap seorang sanguin, tetapi seorang sanguin yang dipenuhi oleh Roh Allah. Demikian juga dengan Paulus, Musa dan Abraham. Masing-masing menjadi pribadi yang optimal dengan temperamen masing-masing oleh karena kehadiran Tuhan di dalam kehidupannya.
Sebagai contohnya, mari kita perhatikan apa yang terjadi dengan Petrus. Karakteristik Petrus yang sanguin terlihat ketika ia untuk pertama kalinya mendengar panggilan Mesias (Mat 4:20). Secara spontan, Ia segera berjalan mengikut Yesus. Kecekatannya dalam bertindak juga terlihat ketika ia melihat Yesus berjalan di atas air. Ia berkata,"… suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air … (Mat 14:28-29). Sifat spontan dari Petrus juga terlihat ketika ia melaihat Yesus mengalami transfigurasi. Petrus segera mengusulkan untuk membangun tempat kediaman bagi Elia, Musa dan Kristus (Mat 17:1-13). Demikian juga, ketika prajurit-prajurit Romawi menangkap Yesus, Petrus segera menghunuskan pedangnya (Yoh 18:10).
Salah satu karakteristik sanguin yang jelas terlihat dalam pribadi Petrus adalah kelugasannya dalam berbicara. Ketika para murid bergumul tentang siapakah Yesus, Petrus segera berbicara dengan lugas tentang siapakah Yesus; dan Yesus memuji kelugasan Petrus ini (Mat 16:13-20). Petrus, si sanguin ini adalah "orang panggung" yang selalu tampil dengan kespontanan dan kelugasannya dalam berbicara dan mengambil tindakan.
Sisi negatif dari karakteristik sanguin yang terlihat dalam kehidupan Petrus adalah sifat mudah berubahnya. Penyangkalannya terhadap Yesus hingga tiga kali menunjukkan betapa mudah berubahnya Petrus (Mat 26:69-70). Padahal sebelumnya dengan arogan ia menyatakan bahwa meskipun semua murid meninggalkan Yesus, ia akan tetap tinggal (Mat 26:31). Arogansi Petrus ini muncul dari kecenderungannya yang bergerak ke arah kepentingan diri sendiri atau egoistis (Mat 19:27).
Tetapi, Petrus paska turunnya Roh Kudus adalah Petrus yang diubahkan. Dari hati dan bibir yang labil, telah diubahkan Allah untuk menjadi pengkhotbah besar dengan hasil yang besar pula (Kis 4:4). Emosi Petrus pun juga mengalami suatu pengubahan yang luar biasa, dari pribadi yang meledak-ledak, menjadi seorang yang tenang dan mampu bersikap bijaksana. Perhatikan reaksinya, ketika ia ditantang oleh para iman untuk tidak memberitakan Yesus Kristus, Paulus dengan sangat tenang dan bijaksana mengatakan," … Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia … " (Kis 5:29). Demikian juga akhir kehidupan Petrus. Petrus bukan lagi seorang yang labil, tetapi dengan mantap ia menghadapi kematiannya di Roma.

Bagaimana Pengubahan Itu Terjadi?
Paulus menyatakan dalam 2 Kor 5:17, "Jadi, siapa dalam Kristus Kristus adalah ciptaan baru; Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor 5:17). Apa yang hendak dikatakan Paulus adalah hadirnya suatu natur baru di dalam diri setiap orang Kristen. Natur illahi dihadirkan Allah di dalam diri setiap orang Kristen. Natur ilahi ini tidak akan melenyapkan temperamen yang ada, tetapi akan memperlengkapi dan mentransformasinya. Bukti kehadiran dari natur ini dijelaskan oleh Paulus dalam Gal 5:22-23.
Paulus menyatakannya," Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran (tahan menderita, KJV), kemurahan (kelembutan, KJV), kebaikan, kesetiaan (iman, KJV), kelemahlembutan (tidak melawan, KJV), dan penguasaan diri. Seorang sanguin telah dilahirkan dengan rasa kasih, sukacita dan kebaikan; sehingga Roh Kudus hanya akan memurnikan karakter ini seturut dengan kehendak-Nya. Roh Kudus perlu untuk "memasok" damai sejahtera untuk orang sanguin yang mudah gelisah. Demikian juga tahan menderita ganti mudah menyerah, kelembutan ganti sikap grusa-grusu, sikap tidak melawan ganti egoistis, iman ganti rasa takut/kurang aman, dan yang terutama adalah penguasaan diri ganti kurang displin.
Orang Koleris yang sudah dilahirkan dengan disiplin, tahan menderita dan ketekunan, membutuhkan pemurnian oleh kuasa Allah dalam hal-hal tersebut. Kebutuhan utama yang harus "dipasok" oleh Roh Kudus adalah rasa kasih dan belas kasihan yang akan memungkinkannya sensitif terhadap perasaan orang lain. Demikian juga ia membutuhkan damai sejahtera ganti ketergesaan, kelembutan ganti sikap sarkastis mereka, sikap tidak melawan ganti kecenderungan untuk memberontak, iman ganti kepercayaan terhadap diri sendiri.
Seorang melankolis dilahirkan dengan sikap lembut, penguasaan diri dan tahan menderita. Tinggal bagaimana Roh Allah memaksimalkan karakter bawaan ini. Kebutuhan utama seorang melankolis adalah kasih terhadap diri sendiri dan orang lain sebagai ganti dari sikap perfeksionisnya. Sukacita ganti kecenderungannya yang muram, damai sejahtera ganti kecenderungan ganti sikap mengkritik ataupun menghakimi serta iman ganti kekuatiran yang terus menguasainya.
Seorang flegmatis yang dilahirkan dengan kelembutan dan keramahan, hanya memerlukan pemenuhan Roh Allah di dalam kehidupannya sehingga karakter tersebut betul-betul menjadi berkat bagi orang lain. Kebutuhan utama yang harus "dipasok" oleh Roh Allah adalah kasih dan belas kasihan terhadap yang lain. Demikian juga daya tahan, ganti kecenderungan cepat menyerah. Iman ganti segala kekuatiran yang ada, dan penguasaan diri ganti kecenderungan untuk lamban.
Dalam pemenuhan yang terus menerus oleh Roh Kudus maka keempat temperamen ini akan menjadi temperamen yang diubahkan (ditransformasikan) oleh Allah. Pemenuhan ini tentunya menuntut kehidupan yang dipimpin oleh Roh Allah. Seperti yang dinyatakan oleh Paulus, "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin Roh" (Gal 5:25).
To God be the Glory.
(Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: